Perbedaan penggambaran
Dahulu, pendidik tidak membedakan antara mengevaluasi siswa dan menilai siswa, namun massa itu telah berlalu. Karena program evaluasi telah menjadi bagian dari praktek pendidikan, kini ketika sebagian besar pendidik menggunakan kata evaluasi, maka yang dimaksudkan adalah sebuah rancangan pembelajaran yang kooperatif.
Ketika sebuah kelas akan dievaluasi oleh guru, guru- guru biasanya mengambil kesimpulan mengenai kualitas cara mengajar mereka. Dalam hal itu, kita harus berikir evaluasi sebaga “program evaluasi”. Karena sebuah program berada dalam pertimbangan di sebagaian besar kelas merupakan sebuah program pengajaran yang diberikan kepada siswa oleh guru, kemudian evaluasi yang akan digunakan dalam bab ini adalah usaha guru untuk mengetahui seberapa baik ia mengajar.
Evaluasi Pembelajaran dan Penggunaan Data penilaian
Terdapat dua tipe evaluasi yang digunakan dalam menilai usaha mengajar mereka. Evaluasi formatif adalah penilaian program mengajar guru yang digunakan untuk memperbaikinya. Evaluasi summatif, merupakan penilaian kompetensi guru untuk membuat diskusi yang lebih permanen mengenai (1) kelanjutan pekerjaan atau (2) penaikan jabatan. Ketika guru dievaluasi secara sumatif, mereka akan dievaluasi oleh beberapa evaluator dari luar.
Guru kelas biasanya melakukan sendiri evaluasi formatif mereka karena mereka ingin mengembangkan cara mengajar siswa. Untuk evaluasi sumatif, guru kelas biasanya dipanggil untuk memberikan bukti- bukti pada pengawas yang akan menggunakan bukti- bukti tersebut.
Bagan 14-1 sebuah pra pengajaran klasik dan paradigma dalam menentukan hasil pengajaran.
PARADIGMA PRA- PENGAJARAN DAN PASCA PENGAJARAN
Berbeda murid, berbeda hasil
Untuk keperluan evaluasi sumatif, seperti ketika anda dievaluasi oleh pengawas sekolah untuk kepentingan kelanjutan pekerjaan, hal ini adalah masalah yang sulit untuk dipertimbangkan, dan dalam hal ini terdapat tingkatan pretes dan postes mana yang akan digunakan untuk siswa yang berpengaruh dengan kualitas siswa yang anda ajar. Jika anda mengajar geografi di kelas Sembilan dan dikaruniai dengan sekelompok siswa yang cerah, termotivasi, dan terinformasi dengan baik, dapat dipastikan bahwa hasil pretes dan post tes yang anda dapatkan akan berbeda dengan hasil yang akan anda lihat jika anda menajar sekelompok siswa yang bodoh, tidak termotivasi, dengan konsep geografi yang terbatas pada halaman sekolah.
Namun, sekalipun anda ingin menjadikan murid- murid anda sebagai bukti kefektifan mengajar anda harus disesuaikan dengan siswa yang anda ajar dan konteks pendidikan yang anda ajarkan kepada mereka, tak ada alasan untuk berkata guru tidak seharusnya dievaluasi, paling tidak sebagian, dengan belajar mereka mampu untuk membantu murid- murid mereka. Jadi, menambahkan sumber informasi lain yang berkenaan dengan karya pembelajaran anda (seperti pengamatan kelas), fakta- fakta perkembangan siswa, khuusnya berdasarkan pada perbedaan hasil pretes dan post tes, harus dipertimbangkan sebagai cerminan dari acuan mengajar anda. Hal ini sangat penting, biarpun, mereka yang menggunakan data penilaian siswa untuk kepentingan evaluasi sumatif melakukannya dalam situasi dimana guru mengajar.
Untuk kepentingan evaluasi formatif anda, terdapat beberapa hal yang kurang diperlukan untuk mendapat masalah dengan “siswa luar biasa”. Setelah itu, anda akan memahami murid anda dan akan lebih mudah untuk mengelompokkan siswa berdasarkan kecepatan pemikirannya berdasarkan perbedaan pre tes dan post tes.
Untuk meningkatkan keuntungan nilai yang anda peroleh (yaitu, post tes- dikurang pre tes), anda harus berhati- hati terhadap masalah teknis lain yang terkadang muncul. Jika murid- murid anda mengerjakan pretes dengan sangat baik akan lebih sulit bagi mereka untuk menunjukkan keuntungan nilai dibanding jika mereka memperoleh nilai yang rendah di awal pembelajaran. Ketika nilai siswa begitu tinggi di pre tes, mereka cenderung menurun karena sesuatu yang kami sebut efek langit. Terkadang, jika nilai murid anda begitu menyedihkan pada pretes, mereka biasanya memperoleh nilai yang lebih tinggi pada post tes dengan mencoba sendirian.
Hal- hal yang perlu dinilai
Sekalipun anda menggunakan hasil penilaian diri anda terhadap siswa untuk evaluasi formatif dari cara pengajaran anda atau sebaliknya, memberikan hasil ini kepada orang lain yang akan menggunakannya sebagai fakta untuk evaluasi sumatif, anda tetap harus memutuskan apa yang akan dinilai. Ingat lagi, jika anda dapat mengingat ikambali pelajaran lalu, di bab 5 dibahas hal- hal yang harus dinilai. Ingatlah bahwa faktor kunci yang menentukan apa yang harus anda nilai dalam kelas adalah putusan pendidikan yang harus anda buat. Untuk keperluan evaluasi formatif, anda harus berifikir melalui diri anda bukti seperti apa yang anda perlukan. Tentunya anda akan mengetahui seberapa banyak yang telah dipelajari siswa anda.
Anda juga harus serius dalam mempertimbangkan pengaruh penilaian terhadap siswa. Penilaian secara afektif merupakan bagian dari perangkat kecil dalam keputusan mengenai siswa secara individu karena, seperti yang telah dilihat di bab 10, pengukuran tersebut sangat tidak teliti untuk mempertahankan kesimpulan mengenai siswa. Akan tetapi, untuk menetapkan kefektifan upaya mengajar anda, kesimpulan kelompok mengenai pengaruh nilai pretes dan post tes siswa sangatlah membantu.
Karena anda mungkin tidak perlu menggunakan hasil afektif untuk membuat keputusan mengenai siswa secara individu, dan karena pengukuran afektif ketika digunakan sebagai pretes kehadirannya menjadi kurang reaktif, anda mungkin dapat mempertimbangkan penggunaan skema pengumpulan data seperti yang ditunjukkan pada bagan 14- 2 di mana dapat kita lihat bahwa separuh dari kelas (separuh kelas A) menyelesaikan inentarisasi afektif I lebih dahulu dalam pembelajaran dan inventarisasi afektif II setelah pelajaran usai, mengingat separuh kelas yang lain (separuh kelas B) melakukan sebaliknya. Karena anda dapat memperkirakan secara akurat dampak aektif dari pengajaran anda dari 50% sampel siswa, anda tidak perlu menilai mereka semua. Perbedaan pretes dan post tes yang dihasilkan ditampilkan dalam bagan 14- 2 dengan garis pemisah. Seperti yang dapat kita lihat, hasil pretes separuh ke;as A berbeda dengan hasil post tes separuh kelas B.
= Pembandingan yang tepat
Bagan 14-2 Pengumpulan data yang dirancang untuk mengurangi kereaktifan pre tes
Pada akhirnya, hasil penilaian siswa sangat penting ketika guru mengevaluasi diri mereka atau ketika seseorang mengevaluasi guru. Jika terdapat sumber penting untuk fakta yang dapat digunakan dalam menilai upaya pengajaran guru.
Penilaian berdasarkan pemberian angka
Guru perlu memberitahu siswa (1) seberapa baik pekerjaan mereka, ketika guru memberi mereka nilai selama pelajaran; dan (2) seberapa baik yang telah mereka lakukan, ketika guru memberikan penilaian akhir tahun.
Sekalipun terdapat faktor- faktor lain yang harus diperhatikan dalam menilai siswa lebih dari sekedar penampilan siswa dalam kelas, terdapat pendapat bahwa pertimbangan utama dalam nilai yang diberikan pada siswa haruslah menunjukkan jualitas siswa.
Menentukan Kriteria Penilaian dan Besarnya Kriteria Tersebut
Mungkin akan baik jika kriteria penilaian yang anda gunakan berdasarkan pada penilaian hasi siswa. Sehingga, hasil ujian akhir memiliki porsi lebih besar dari ujian tengah semester, hasil ujian tengah semester lebih besar porsinya dibandingkan kuis mengguan. Jika igunakan sistem portofolio dalam kelas, porsi yang digunakan dalam menampilkan kemampuan siswa adalah isi portofolio mereka. Apa yang akan disarankan disini adalah, sebelum anda menghadapi waktu pemberian niai, anda harus memikirkan dengan serius (1) untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang akan anda pertimbangkan ketika menilai dan (2) seberapa besar faktor ini akan dihitung.
Deskripsi angka
Ketika guru memberikan nilai, terdapat beberapa pilihan yang mungkin bagi mereka. Pada akhirnya, penting untuk mengikut sertakan penjelasan mengenai system penilaian yang telah diatur pemerintah. Jadi, apabila pemerintah menggunakan penilaian A, B, C, D, E dan F, guru harus menggunakan system penilaian ini sekalipun, selama pembelajaran menggunakan system penilaian yang berbeda. Sekaipun banyak sekolah memiliki peraturan penilaian yang hampir sama, beberapa aturan penilaian brsifat membatasi –terdapat empat batasan khusus dalam persentasi nilai yang dapat diberikan guru.
Secara umum, terdapat tiga pilihan utama yang mungkin bagi para guru ketika mereka menggambarkan seberapa baik yang telah ditampilkan siswa. Guru dapat menggunakan (1) penilaian huruf, (2) penilaian angka, atau (3) gambaran dengan kata- kata. Sebagian besar menggunakan penilaian huruf karena telah digunakan secara luas untuk waktu yang sangat lama. Di beberapa tempat, guru juga diperkenankan untuk mnambahkan plus ataupun minus pada nilai huruf. Huruf A biasanya memiliki rentang antara 100, 50 atau 10. Penggambaran dengan kata- kata digunakan untuk menggantikan nilai angka ataupun huruf ketika guru benar- benar mengkhususkannya dengan kata- kata seperti “baik sekali”, “memuaskan” dan “butuh peningkatan”. Angka yang digunakan untuk menggambarkan kata- kata tersebut terserah pada guru.
No | Kriteria penilaian | Kontribusi untuk nilai Akhir |
1. | Ujian akhir | 30% |
2. | Ujian tengah semester | 20% |
3. | Nilai tes bulanan | 25% |
4. | Kuis mingguan | 5% |
5. | Pekerjaan tumah | 10% |
6. | Partisipasi kelas | 10% |
Perhitungan nilai dan pemberian angka
Sangat mudah dan menyenangkan untuk menilai 20 poin soal benar- salah. Anda tinggal menjumlahkan jawaban yang benar dan membaginya dengan 20. Apa yang anda dapatkan dalam aritmatika disebut “persen kebenaran”. Dan ketika anda mengembalikan lembar ujian siswa dengan persentase kebenaran di tiap lembarnya, mereka dapat dengan mudah mengerti maksudnya.
Akan tetapi, ketika guru menghitung angka persentase benar untuk beberapa tipe tes yang memerlukan penaksiran, guru tidak memberikan nilai pada siswa. Guru cukup menghitung proporsi jawaban benar yang diberikan siswa. Untuk memberikan nilai, guru harus mengambil langkah lain dan mengindikasikan seberapa baik pemberian persentase benar. Ingat, guru memberikan penilaian kepada siswa untuk membuat mereka mengetahui seberapa baik hasil kerjanya. Dan sekalipun seluruh siswa berfikir bahwa nilai mereka nyaris 100% benar dalam tes, merka telah mengerjakannya dengan sangat baik, ada kemungkinan nilai 75% menjadi hasil yang terbaik. Itulah alasan mengapa guru harus menandai penilaian.
Sekalipun guru yang menggunakan beberapa tanggapan yang memerlukan penaksiran dapat menunda penilaian hingga akhir tahun ajaran, guru yang menggunakan gagasan sebagai tanggapan biasanya harus membuat penilaian lebih cepat. Untuk nilai tengah semester mereka, cukup dengan memberikan angka perentase benar.
Pilihan penilaian
Mari kita lihat empat pendekatan umum dalam pemberian nilai. Tiap pendekatan hanya dapat digunakan tidak hanya diakhir semester atau di akhir tahun tetapi juga taksiran penilaian penampilan siswa selama setahun ajaran. Dengan kata lain, empat pendekatan ini dapat diterapkan ketika anda menilai Johnny untuk nilai akhirnya di kelas ipa anda ataupun nilai percobaan dua mingginya dalam Tekanan POsikologis Cacing Tanah.
Anda mungkin telah mengenal keempat pendekatan yang akan dijelaskan, ketika anda masih menjdi siswa, anda pernah menemui keempatnya:
- Penilaian mutlak. Ketika penilaian bersifat mutlak, maka nilai yang diberikan tergantung pada guru dalam hal tingkatan apa yang benar- benar harus dicapai siswa, misalnya, dalam pemberian nilai A. jadi, jika seorang guru bahasa inggris telah menetapkan tingkat kecakapan mutlak yang harus dicapai siswa untuk memperoleh nilai A, kemudian tak satupun siswa yang mencapai tingkat kecakapan mutlak yang telah ia tetapkan, maka tak seorangpun yang mendapat nilai A. sebaliknya, jika seluruh siswa berhasil melewati tingkat kecakapan yang ia tetapkan, maka seluruh siswa akan memperoleh nilai A.
- Penilaian relatif. Ketika guru menilai secara relatif, penilaian yang diberikan berdasarkan pada hasil siswa dalam kelas dan berkaitan dengan yang lainnya. Jadi, dalam sekelompok siswa, selalu ada yang terbaik dan terburuk.
- Penilaian berdasarkan Kecerdasan. Ketika menilai kecerdasan, nilai diberikan pada siswa berdasarkan pada seberapa baik penampilan siswa berdasarkan potensial akademiknya. Pendapat utama mengenai penilaian berdasarkan kecerdasan ini adalah “memainkan lapangan” dengan menilai siswa berdasarkan pembawaannya, ia dapat memaksimalkan potensinya. Namun, masalahnya adalah sulit untuk menebak potensi siswa yang sebenarnya.
- Penilaian lolos/ gagal. Ketika guru menilai berdasarkan lolos atau gagal, mereka harus membuat tingkat yang spesiik untuk data “lulus”, kemudian membagi siswa ke dalam dua kelompok –kelompok luus dan kelompok gagal. Penilaian dengan sistem ini terkesan mendiskriminasi siswa karena membaginya ke dalam dua kelompok berdasarkan nilai rata- rata yang tidak terlalu brpengaruh untuk masuk ke perguruan tinggi. Dari sudut pandang guru, penilaian ini memudahkannya untuk menilai kelas secara keseluruhan.
Sebagai indikasi lebih awal, tiap sistem penilaian ini dapat dilaksanakan untuk menilai kerja individu siswa, seperti hasil ujian essay mereka, atau untuk memberikan nilai total di akhir tahun.
Tipe pemberian nilai- mekanisme komunikasi
Katika guru memberikan penilaian tehadap murid di dalam kelas, nilai- nilai ini biasanya dituliskan dalam ujian akhir siswa, proyek akhir, atau dokumen apapun yang dapat dinilai. Ketika guru mengomunikasikannya dengan orang tua siswa, di sisi lain, terdapat tiga standar mekanisme pengkomunikasian nilai yang harus diikuti.
Pertama, terdapat penghargaan terhadap waktu dan kejujuran kartu laporan. Kartu laporan adalah kartu yang digunakan untuk menyampaikan penilaian seberapa baik penampilan siswa dalam kelas kepada orang tua siswa. Kartu laporan dapat menjadi dokumen yang tepat untuk nilai per mata pelajaran dan tidak dengan yang lain. Perbedaannya, kartu laporan dapat digabungkan dengan semua dokumen yang mencakup semua informasi tentang siswa yang diberikan pada orang tua. Penggabungan lain dari kartu laporan tentu saja memerlukan waktu yang lebih banyak untuk diseledaikan guru. Kartu laporan biasa, biasanya tergantung dari keputusan pemerintah lokal.
Kedua, bentuk pelaporan nilai kepada orang tua berisi laporan- laporan sementara –laporan singkat tertulis kepada orang tua mengenai perkembangan anak mereka di sekolah. Di beberapa lembaga, laporan sementara sedikit lebih kecil dari catatan singkat yang berisi apa yang harus dikerjakan di rumah. Peraturan lokal dapat atau tidak mengatur bentuk dan waktu penyerahan catatan tersebut.
Bagian ketiga dari pelaporan nilai pada orang tua dipercayakan pada konferensi orang tua dan guru. Konerensi tersebut lebih sering digunakan dengan orang tua siswa yang lebih muda, memperkenankan guru untuk mengungkapkan lebih banyak mengenai perkembangan siswa di sekolah dan memberika orang tua kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai kualitas dari dhasil siswa.
Ketidaktepatan penilaian
Tidakkah menyenangkan apabila guru tidak poernah salah dalam memberikan nilai pada muridnya? Tetapi, anda mungkin telah tahu betul bagaimana rasanya menerima nilai yang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi selama tahun- tahun anda menjadi siswa, guru membuat penilaian yang kacau. Guru tidak pernah ingin membuat kesalahan dalam memberikan nilai kepada muridnya. Akan tetapi, pemberian niai merupakan kegiatan berbasis pendapat dimana keputusan yang kurang tepat dapat saja terjadi.
Untungnya, di setiap hasil, beberapa kesalahan dapat diseimbangkan dengan yang lain. Banyak guru menggunakan prasangka kemurahan hati, kehebatan dan cenderung terpusat ketika menilai siswa (lihat bab 8). Jadi selama bertahun- tahun, siswa yang diberi nilai terkadang merasa tidak puas dengan nilai yang tinggi dan beberapa dugaan yang tak beralasan dengan nilai yang rendah. Apa yang anda perlu ingat dngan baik –bahwa, ketika anda member nilai dngan hati- hati dan dengan perasaan tenang- anda telah mengerjakan pekerjaan anda dengan baik. Menilai manusia, setepat aslinya, bukan tanpa caat. Dan tentu saja hal ini menjadi tidak sempurna ketika memberikan nilai pada siswa.
Pengaturan standar dalam soal tingkat tinggi
Metode paling popular dalam mengatur standar untuk soal tingkat tinggi adalah yang ditemukan oleh Wiliam Angof. Prosedur Angof disebut juga komite pengaturan standar untuk keseimbangan, yang membelah penilaian individual mengenai tingkat kesulitan tiap soal dalam tes berdasarkan jumlah siswa yang dapat menjawab tiap soal dengan benar. Sehingga, nilai p untuk tiap soal berdasarkan pada hasil tryout yang dilakukan komite pengaturan. Komite kemudian mempelajari dan memberikan standar kelulusan.
Rangkuman Isi Bab
Telah dijelaskan bahwa evaluasi adalah aktifitas yang fokus pada keefektifan pengajaran gurur dan penilaian adalah aktifitas yang fokus pada seberapa jauh pemahaman siswa. Evaluasi fornatif fokus pada perbaikan cara mengajar guru, sedangkan evaluasi summatif fokus pada dedikasi dan keberlanjutan pekerjaan guru.
Dalam menilai siswa, guru secara eksplisit dapat menilai siswa melalui beberapa kriteria. Empat skema untuk menilai siswa yang telah dijelaskan adalah: penilaian mutak, penilaian relatif, penilaian berdasarkan kecerdasan dan penilaian berdasarkan lolos atau gagal. Kemudian, metode yang digunakan untuk menilai juga telah digambarkan, dengan beberapa mekanisme dalam menyampaikan nilai siswa pada orang tua.
Waktu perenungan
- Anggaplah bahwa seorang guru memiliki komitmen dalam penggunaan hasil tes siswa dalam evaluasi pembelajaran, ikirkan apakah tes ini akan lebih bermanfaat jika dilakukan evaluasi guru berorientasi formatif ataukah summatif? Dan mengapa?
- Dalam bab ini telah pangumpulan data yang lengkap telah disajikan dengan adil (dengan panah dan yang lainnya) untuk membantu guru mengurangi eek reaktif dari penyajian. Apakah anda berikir bahwa data yang disajikan dalam bagan 14- 2 lebih baik digunakan dengan penilaian afekti atau kogniti? Sejujurnya, seberapa sering anda berikir sebagian besar guru haris melakukan peningkatan untuk menggunakannya dalam mengumpulkan data?
- Ketika guru mengevaluasi dirinya sendiri beberapa fakta dapat digunakan untuk mendatangkan penilaian yang evaluatif. Jika anda adalah seorang guru yang sedang mencoba untuk memutuskan untuk memilih harga yanr relative dari tipe- tipe fakta di bawah ini, mana yang menurut anda paling penting dalam hasil tes siswa?
a. Observasi yang sistematis dari kegiatan kelas
b. Evaluasi pendapat siswa mengenai kemampuan guru tanpa diketahyi
c. Nilai pre tes dan posttes yang diperoleh siswa dalam ujian
d. Evaluasi diri guru
Apakah anda menganggap bahwa keempat akta di atas memiliki peringkat yang sama dalam seluruh konteks pembelajaran? Jika tidak, factor apa yang membedakannya?
- Bayangkan bahwa anda adalah seorang guru bahasa inggris SMA yang tengah bergulat dengan tugas mengenai ‘filosoi penialiaan’. Anda telah mempersempit system pemberian angka anda dengan tga pendekatan –yaitu, penilaian relative, penilaian berdaarkan kecrdasan, dan penilaian absolute. Mana dari strategi- strategi tersebut yang anda piker paling dapat bertahan untuk digunakan dalam memberikan nilai pada siswa yang berhak/ tidak berhak?
- Seberapa penting anda pikir penampilan siswa dalam kelas dalam pemberian nilai? Adakah factor lain, jika ada, haruskah pemberian nilai pada siswa dilakukan secra serius?
- Jika anda pernah menemukan sebuah skema penilaian untuk menjelaskan seberapa baik baik membeca buku ini telah menguasai isinya, menyarankan prosedur yang akan engkau kerjakan? Maukah anda, untuk singkatnya, merekomendasikan tes tanggapan tertentu, uji penampilan atau portofolio?
izin paste thank u
BalasHapus